Cicip Gudeg di Stasiun Gondangdia
Di hari kerja para pekerja kantoran, kerah abu-abu sampai yang berdasi dalam keterburuannya menyempatkan diri mampir di kotak Gudeg Bu Tina, di Stasiun Gondangdia. Semoga setelah Puasa ini , gurih dan manisnya gudeg Bu Tina bisa mampir kembali ke lidah kita.
Dari kecuekan saya, dan kadang malu-malu kalau makan di Stasiun (lah kadang-kadang kita suka malu-malu ga jelas gitu kan?), akhirnya rasa penasaranlah yang menang. Saya menyukai gudeg, dan di Stasiun Gondangdia terletaklah sebuah kotak sederhana yang menjual gudeg, tempe tahu bacem, ayam goreng, opor, krecek etc etc.
Kenapa saya sebut kotak? Lah disebut warung sepertinya ga mirip warung. Kios juga tidak cocok, apalagi restoran. Hanya gabungan etalase, meja dan bangku sederhana yang membentuk huruf U dengan si mbok dan si mas yang sibuk mencampur gudeg sesuai selera pembeli, dan lalu lalang mengantar piring, gelas teh serta membereskan sisa piring.
Si Mbok dan Mas inilah para pahlawan bangsa bagi saya kalau sedang menuju kantor di MH Thamrin, di kala pagi hari saat perut minta jatah, gurihnya gudeg mampu memberikan arti kata rasa enak kepada otak yang kadang bebal tidak mau menerima makanan lain, padahal jelas-jelas kata artikel ilmiah kalau tidak makan pagi IQ bisa merosot sampai belasan point (telmi, dan peringatan keras bagi yang mau tes psikologi di perusahaan).
Sepiring gudeg, krecek, tahu, telur, berwarna coklat, sedikit kacang dan nasi hangat plus teh dihargai Rp 8000,-. Worthedlah daripada saya beli makanan Amerika McD yang selain rasanya menurut saya kaya makan lemak goreng juga tidak bersahabat dengan para petani dan lingkungan (baca dong tentang McD di internet ya bagi yang belum tahu).
Masalah harga, disini tinggal hitung sendiri saja kalau mau ditambah tempe, tahu bacem (Rp 1500), plus ayam goreng / opor (paha, dada- Rp 5000 - 8000?) atau es teh manis (Rp 2500)... Puas memang dengan para asesoris gudeg disini. Apapun ada.
Saya biasanya memilih paket Rp 8000 saja (nasi gudeg, telur, krecek, tahu) karena kalau ditambah ayam, membersihkan tangan akan kurang bersih (Bu Tina tidak menyediakan air kobokan karena sepertinya doi sibuk banget, dan mungkin karena sumber airnya jauh juga ya..?). Makan gudeg plus-plus hanya saya lakukan siang hari biasanya jikalau sedang santai dan sehabis menyelesaikan pekerjaan, jadi bisa sambil cuci tangan dengan nyaman (beruntunglah yang bisa memakai sendok dan garpu saat memakan opor ayam).
Yang istimewa pada Gudeg Bu Tina selain kelengkapannya (well, top lah lengkap banget), semua masakannya juga disiapkan sungguh-sungguh. Maksudnya adalah bumbu meresap di gudeg, telur, krecek, ayam dan lain-lain tidak seperti gudeg asal-asalan yang rasanya encer dan asal cemplung di panci. Untuk rasa, berdasarkan pengalaman pergudegan, rasa manisnya sedang, sedang gurihnya pas. Tidak salah kalau para pekerja di pagi hari berbondong-bondong berkumpul atau membungkus gudeg untuk disantap di siang hari. Satu orang membeli 8 bungkus ya masih dalam tahapan wajar kayanya kalau disini.
Jangan lupa kalau mau kesini, datanglah sebelum pukul 2 siang. Sebab dikala mendekati senja sudah dapat dipastikan gudeg Bu Tina habis. Hiburan bagi lidah diluar kota Yogyakarta.
Get There
Ke Stasiun Gondangdia? Paling gampang ya pakai kereta api, ekonomi cuma Rp 2.500,- dari Bogor (siapa tahu Om dan Tante dititip ma anak, cucu atau istri). Kalau pakai jalur bussway dari Kota atau Blok-M tinggal turun di Sarinah, lalu ngojek ke Stasiun Gondangdia (Rp 5000,-), atau jalan kaki 10 menit [Indra NH].
Blog yang simpel dan menarik, senangnya berkunjung kesini... kunjung balik dan follow yah :P